
Sragen, 15 Oktober 2025
Sekolah Lapang (SL) merupakan metode pembelajaran non-formal yang seluruh proses belajarnya dilakukan di lapangan, untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kesadaran agar dapat mengidentifikasi, memecahkan masalah, dan menerapkan teknologi yang sesuai untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan keberlanjutan. SL biasanya melekat pada aktivitas dunia pertanian, tetapi konsep SL kini telah banyak diterapkan di berbagai hal seperti SL ternak, SL pencegahan stunting dan lain-lain.
Bersama dengan perwakilan petani Desa Manyarejo Kec. Plupuh Sragen Jawa Tengah, LPTP melakukan sosialisasi Sekolah Lapang Kebudayaan Produksi Padi. Bertempat di Balai Desa Manyarejo pada tanggal lima belas Oktober 2025 ini peserta akan diajak melewati setiap proses yang diawali dari penyiapan bibit sampai panen. Kegiatan yang direncakan 14 kali ini akan dilakukan dengan metode pengamatan untuk mengetahui persoalan di setiap fase pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi, bahkan sampai menjelang panen.
Rutinitas SL padi dilakukan seminggu sekali baik melalui diskusi kelas maupun pengamatan di lahan sesuai dengan tahapan perkembangan tanaman padi.
Berbeda dengan SL yang selama ini dilakukan LPTP, pada kegiatan ini menyertakan unsur kebudayaan sebagai dasar bahwasanya produksi pangan merupakan salah satu elemen budaya dalam pemenuhan pangan. Hal ini selaras dengan tujuan besar kegiatan yang merupakan rangkaian kegiatan kebudayaan di wilayah situs Sangiran yang secara internasional diakui sebagai Kawasan cagar budaya.
Setidaknya ada tiga hal yang ingin dicapai dalam aktivitas ini yaitu terjaganya Kawasan pelestarian purbakala, terpenuhinya hak penghidupan Masyarakat khususnya petani dan untuk meningkatkan kekuatan agar warga bisa berdaya untuk menghadapi tantangan di masa depan di bidang pertanian. Petani dapat mengelola sumber daya dimasa kini dan tetap memiliki investasi dimasa datang. Tujuan untuk menjaga kelestarian tetap terjaga dan juga ketahanan pangan sebagai pondasi dasar kebutuhan pokok dan ekonomi terpenuhi, yang bermuara pada peningkatan kesejateraan hingga bisa bersaing dengan banyak tantangan di masa yang akan datang.
Harapan besar pemerintah desa yang diwakili sekretaris desa, Tri Hartono (51) bahwa SL dapat menjadi cara untuk menimba pengetahuan dan trik terkait budidaya padi. Menjadi sebuah wadah berdiskusi menemukenali persoalan cara bertanam padi, karena selama ini petani hanya mengandalkan pengetahuan yang diwarisi secara turun temurun. Jika terdapat pihak yang diajak berdiskusi untuk mengatasi masalah di lahan sifatnya hanya memberikan konsultasi teknis tanpa bersama-sama menemukenali persoalan lokal sebagai investasi pengetahuan dan bahan yang dapat digunakan sebagai materi riset baik oleh petani sendiri maupun pihak lain sepertiperguruan tinggi.
Diakhir sesi peserta sosialisasi menyepakati keikusertaanya dalam SL Kebudayaan Produksi Padi yang akan dimulai jam 08.00 pagi dengan durasi selama dua jam atau sesuai dengan kebutuhan, sekaligus memilih salah satu peserta sebagai ketua kegiatan.
*key