
Sragen, 9 November 2025
Tradisi yang merupakan bagian proses aktualisasi hubungan timbal balik antara manusia dengan sang pencipta, sesama manusia dan lingkungannya seringkali lahir dari cara pandang dan perilaku sebelum proses ilmiah ada. Sehingga jika di telaah lebih jeli terdapat kajian ilmiah didalamnya.
Demikian pula dengan kehidupan pertanian yang berlangsung di semua muka bumi ini, termasuk masyarakat jawa yang sangat kental dengan proses-proses tradisi tersebut. Tidak ingin kehilangan jati diri budaya serta proses pelestarian tradisi dalam budidaya, kolaborasi Yayasan Arsari, Yayasan Wadah, LPTP dan seluruh komponen masyarakat Desa Manyarejo Plupuh Sragen Jawa Tengah melangsunkan acara “Rawat Manyarejo”. Salah satu agenda yang diusung adalah “Jagongan Tani”.
Diskusi yang melibatkan tokoh pertanian desa setempat, yaitu Sukardi Widyatmoko (70) mengajak anak muda untuk mengenal tentang tradisi-tradisi dalam budidaya dibidang pertanian. Kekayaan tradisi yang dimiliki masyarakat Jawa khususnya, menyimpan beragam ceremony bukan hanya dalam pertanian, tetapi juga dalam aktivitas-aktivitas lain. Dalam acara ini mbah Wid menyuguhkan peragaan dalam bentuk bancaan yang dipersembahkan kepada kaki danyang nyai danyang maksudnya “kaki nyai sing podo nyang/teko” ing pasamuan. Dalam suguhnan ada daun alang-alang dan daun opo-op bermaksud “ora ono alangan opo-opo”,
Dalam budidaya padi misalnya, setidaknya ada tiga tradisi yang hampir punah dilakukan, yaitu tradisi wiwitan, metik, dan buang damen. Secara umum ketiga tradisi ini merupakan perwujudan rasa syukur pada Tuhan dan timbal balik manusia dengan alam dan mahluk hidup lainnya.
Tradisi dalam dunia pertanian bisa dilangsungkan secara individu ataupun berkelompok yang melibatkan unsur-unsur tokoh masyarakat desa, tokoh budaya serta tokoh agama. Di setiap tradisi tersebut yang selalu tidak tertinggal adalah panjatan doa atas segala yang sudah diterima dan doa harapan atas apa yang sedag dilakukan.
*key