Menjaga Hutan, Memanen Nilai: Budidaya Cabe Jawa di Lahan Hutan Desa Banyurip

Menjaga Hutan, Memanen Nilai: Budidaya Cabe Jawa di Lahan Hutan Desa Banyurip

Tanaman cabe jawa (Piper retrofractum) kini menjadi salah satu komoditas penting yang dikembangkan oleh masyarakat Desa Banyurip, Kecamatan Jenar, Kabupaten Sragen, khususnya di kawasan hutan yang dikelola melalui skema perhutanan sosial. Dalam beberapa tahun terakhir, tanaman ini tidak hanya menjadi sumber tambahan pendapatan, tetapi juga menjadi simbol keberhasilan masyarakat dalam mengelola sumber daya hutan secara bijaksana dan berkelanjutan.

Budidaya cabe jawa dipilih karena sifatnya yang sangat sesuai dengan karakteristik ekologi hutan Banyurip. Tanaman merambat ini membutuhkan naungan dan tingkat kelembapan yang stabil, dua kondisi yang secara alami tersedia di bawah tegakan hutan seperti jati, mahoni, atau tanaman konservasi lainnya. Dengan memanfaatkan batang pohon sebagai ajir alami, cabe jawa dapat tumbuh tanpa mengganggu struktur hutan, sehingga tetap menjaga keberlanjutan ekosistem. Pendekatan ini sekaligus memperkuat sistem agroforestri yang selama ini menjadi ciri khas pengelolaan hutan oleh masyarakat pesanggem.

Bagi Muhamad Komari (50) dan Tarmadi (57) usaha perhutanan sosial, cabe jawa menjadi alternatif komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Permintaan pasar yang stabil baik untuk industri obat herbal, bumbu dapur, maupun bahan baku jamu tradisional, menjadikannya tanaman yang prospektif. Selain itu, usia produktif cabe jawa cukup panjang dan dapat dipanen secara berkala sepanjang tahun, sehingga memberikan pemasukan yang lebih konsisten bagi keluarga petani.

Proses pengembangan tanaman ini dilakukan melalui kerja kolektif dan pendampingan berbagai pihak. Mulai dari penyiapan lahan, penanaman bibit, hingga kegiatan perawatan dilakukan secara gotong royong. Kegiatan pelatihan teknis juga kerap diselenggarakan, terutama terkait teknik pemangkasan, pengendalian hama ramah lingkungan, serta pengolahan hasil panen agar memiliki kualitas yang sesuai kebutuhan pasar. Di beberapa titik hutan, pembudidayaan cabe jawa juga dikombinasikan dengan tanaman kehutanan dan tanaman obat lainnya untuk memperkuat keanekaragaman jenis.

Pada bulan September 2025 Tarmadi (57) memulai untuk inisiasi pembuatan kebun induk cabe jawa yang di fasilitasi oleh LPTP Surakarta bersama Yayasan KEHATI yang bertujuan untuk untuk menghasilkan sumber benih dan bibit unggul yang berkualitas, sehat, serta memenuhi standar sertifikasi. Melalui kebun induk ini, diharapkan kelompok tani dapat memiliki sumber bahan tanam yang terjamin mutunya, sehingga mampu meningkatkan produktivitas, keberlanjutan budidaya, dan nilai ekonomi hasil pertanian masyarakat.

Lebih dari sekadar komoditas ekonomi, budidaya cabe jawa menjadi bagian dari strategi masyarakat Banyurip dalam menjaga hutan tetap produktif dan lestari. Dengan menanam komoditas yang bernilai, masyarakat memiliki insentif lebih kuat untuk merawat kawasan hutan, mengurangi risiko alih fungsi, dan menumbuhkan rasa kepemilikan bersama terhadap ruang hidup mereka. Cabe jawa menjadi bukti bahwa pengelolaan hutan tidak selalu harus bertumpu pada kayu, justru tanaman bawah naungan yang dikelola secara tepat dapat menjadi sumber penghidupan yang berkelanjutan.

Oleh : Niken Prihartari

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top