
Sragen, 17 November 2025
Upacara wiwit merupakan ritual tradisional masyarakat Jawa saat mulai menanam padi. Wiwit sendiri berasal dari bahasa Jawa yang berarti “memulai”, dan upacara ini juga bertujuan untuk memohon kelancaran selama tanam, perkembangan tanaman, sampai panen, dan hasilnya melimpah.
Secara religi upacara ini bertujuan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen yang telah diberikan sebelumnya. Selain itu sebagai masyarakat yang memiliki nilai-nilai budaya, tradisi ini merupakan simbol penghormatan pada alam dan Dewi Sri, yang dipercaya sebagai pemberi rezeki yang berwujud padi.
Bertempat di Lahan Belajar Kebudayaan Produksi Padi LPTP milik Urawan Wahyono, salah satu anggota peserta Sekolah Lapang (SL) Tanaman Padi Desa Manyarejo Plupuh Sragen Jawa Tengah, peserta SL menyelenggarakan upacara wiwit sebagai bentuk pelestarian budaya pertanian yang harus tetap dijaga keberadaanya.
Upacara yang dimulai dengan doa bersama dipimpin oleh Sukardi Widyatmoko (mbah Wid) seorang tokoh adat setempat, dan sarapan (makan pagi) dengan sajian berbagai makanan tradisional seperti nasi gurih, ingkung (ayam utuh), ikan, telur, dan hasil bumi lainnya. Selalu ada simbol yang dipersembahkan berupa daun alang-alang dan daun opo-opo dengan maksud ora ono alangan opo-opo (tidak ada halangan apa-apa), yang disersembahkan kepada danyang (sing podo nyang/teko/orang yang datang dilokasi tersebut) diacara tersebut.
Prosesi penyiapan ubo rampe (bahan upacara dan konsumsi) dilakukan oleh mbah Wid bersama dengan ibu-ibu petani yang paham betul terkait filosofi pangan yang disajikan. Tentunya pangan tersebut mengandung unsur kandungan nutrisi dan berasal dari kekayaan lokal yang dimiliki oleh masyarakat setempat.
Kepedulian tokoh setempat untuk tetap melestarikan tradisi budidaya ini juga dilakukan dengan mengundang sejumlah generasi muda agar mereka paham bahwa upacara wiwit bukan sekedar ritual tanpa makna, tetapi juga merupakan sarana bersilaturahmi dan komunikasi dengan berbagai kalangan yang terlibat dalam budidaya, seperti buruh tani, sesama petani, pemerintah desa dan berbagai unsur, dimana saat sebelum acara, saat makan bersama, istirahat dan berakhirnya tanam selalu ada diskusi terkait hal-hal yang terjadi seputar tanam padi sebelumnya.
Obrolan-obrolan inilah yang merupakan bentuk edukasi tidak langsung dan berbagi pengalaman agar hasil panen sesuai dengan yang diharapkan.
*key