“Seorang tenaga lapangan itu harus menguasai dua hal sekaligus. Yang pertama menguasai yang terkait dengan proses area artinya metodologi bagaimana memberdayakan masyarakat dan yang kedua content area atau subtansinya. Personil LPTP yang dikirim ke lapangan harus menguasai dua-duanya,” demikian disampaikan Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS saat memberi masukan presentasi 4 tim LPTP yang bertugas di berbagai daerah. Itu disampaikan saat acara seminar ulang tahun LPTP.
Sebagai acara puncak dari rangkaian kegiatan ulang tahun LPTP memang diselenggarakan seminar. Seminar diselenggarakan pada hari Selasa tanggal 12 November 2019. Dewan Pembina, Dewan Pengawas dan anggota komunitas LPTP hadir dalam acara yang diselenggarakan di halaman kantor LPTP Palur. Sedang tema dari seminar adalah konsolidasi pengalaman dan pengetahuan YLPTP menjawab tantangan masa depan.
Agenda seminar ini dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya bersama dan pembacaan ayat suci Alquran. Selesai itu dilanjutkan dengan sambutan ketua BP LPTP.

Sambutan ketua BP LPTP
Rahadi, ketua BP menjelaskan tentang ulang tahun LPTP ke 41 yang menurut banyak orang merupakan usia yang cukup matang. Lebih lanjut ketua BP LPTP mengatakan, “LPTP sekarang masuk dalam kepengerurusan baru. Tahun 2019 ini merupakan masa konsolidasi tim, masa penataaan, penjajagan dan sebagainya. Beberapa proyek lama tetap berjalan dan ada proyek baru dengan gagasan baru dan tetap pada isyu pangan, energi dan lingkungan. Satu hal baru yang dilakukan LPTP adalah masuk ke wilayah bisnis terutama bisnis hasil pertanian dengan pizza hut. LPTP mensuplai paprika dan beberapa hasil pertanian lain.”
Selesai itu dilanjutkan dengan sambutan dari Dewan Pembina (DP) LPTP. Sekretaris I DP LPTP, Drs Erfan Maryono, MA mewakili DP memberikan sambutannya. Disampaikan bahwa sejak awal LPTP didirikan melakukan pemihakan pada kelompok yang terpinggirkan. Isyu kelompok terpinggirkan ini sekarang pun menjadi isyu utama di negara kita. Kemiskinan dan ketimpangan masih menjadi isyu utama di negeri kita.
“Ke depan banyak yang akan dikerjakan oleh mesin, namun ada tiga hal yang tidak bisa dikerjakan oleh mesin. Pertama kemampuan kita untuk melakukan imajinasi, kedua kreativitas dan yang ketiga kemampuan bekerja sama. Kalau kita ingin tetap eksis ke depan membawa misi pengabdian, memihak pada mereka yang termarjinalkan, cara-caranya harus mengembangkan hal-hal yang akan terjadi di kemudian hari. Dengan hadirnya mereka yang muda milenial yang sudah berpikir ke arah itu mudah-mudahan bisa mempercepat proses kemajuan yang ada di LPTP,” begitu disampaikan Drs. Erfan Maryono, MA saat memberi sambutan pada acara seminar LPTP.

Tim muda milenial LPTP
Sesuai dengan temanya, seminar ini tidak menghadirkan nara sumber dari luar namun dari internal LPTP. Jadi semacam refleksi. Masing-masing fasilitator yang bertugas di berbagai daerah mempresentasikan kegiatannya. Program atau kegiatan yang dijalankan di berbagai desa pastilah melahirkan pengalaman tersendiri bagi LPTP khususnya personil yang melaksanakan. Berbagai pengalaman itu dari waktu ke waktu akan melahirkan pengetahuan berharga bagi LPTP dan personilnya.
Anggota Dewan Pembina dan senior LPTP akan memberi masukan. Input itu diharapkan dapat menyempurnakan dan mengembangkan program yang sedang berjalan di berbagai daerah serta kemungkinan pengembangan program LPTP yang baru. Presentasi dari masing-masing wilayah itu dipandu Sumino yang merupakan sekretaris Badan Pengurus LPTP. Mengingat keterbatasan waktu, presentasi dilakukan ringkas saja.

Fahruz, mewakili tim Tuban presentasi kegiatannya
Fahruz, fasilitator yang bertugas di Tuban pertama kali memaparkan kegiatannya selama ini di Tuban dengan topik pengelolaan sampah di kampung nelayan.
Fahruz yang bertugas di Desa Karangagung Tuban ini menyampaikan perilaku masyarakat desa yang didampinginya dalam memperlakukan sampah selama ini. Hanya 35 % sampah yang dibakar dan 65% dibuang di laut, tambak dan di sembarang tempat. Disampaikan oleh Fahruz bahwa program yang dijalankannya adalah untuk memperbaiki perilaku hidup bersih dan sehat serta mengembangkan edukasi dan sarana pengelolaan sampah di desa itu. Metodologinya participatory learning and action dan participatory technology development.
Hasil dari kegiatannya adalah terbentuknya tim pengelolaan sampah, sekolah lapang, aksi bersama pengelolaan sampah diantaranya dengan pembentukan bank sampah di desa itu. Selain itu tim Tuban juga melakukan riset dampak pengasapan ikan industri rumah tangga pada udara dan berusaha mengurangi polusi udara akibat pengasapan ikan itu.

Presentasi tim Klaten diwakili Niken
Fasilitator LPTP kedua yang presentasi adalah Niken yang mewakili tim yang bertugas di Klaten. Yang dipresentasikan adalah aksi kolektif pelestarian sungai Pusur. Ada 3 tujuan yang hendak dicapai dari aksi kolektif ini yaitu tujuan jangka panjang, menengah dan pendek. Dengan ringkas Niken menjelaskan masing-masing tujuan itu. Ia juga menjelaskan metodologi dan pendekatakan yang digunakan. Untuk metodologi yang digunakan Participatory Action Research (PAR) sedang pendekatannya agro ecosystem dan kawasan terpadu.
Berbagai aktivitas telah dilakukan oleh tim Klaten bersama komunitas Pusur. Di antaranya adalah program kali bersih melalui pengelolaan sampah terpadu, program river care melalui pengembangan wisata tubing, sekolah lapang (SL) petani dan membangun jaringan SL serta konservasi kawasan hulu.
Untuk konservasi kawasan hulu yang dilakukan adalah konservasi vegetatif, pengembangan SL seperti SL kopi, anggrek dan krisan. Kemudian pengembangan kampung wisata dan desa eduwisata energi, program slurry untuk tanaman sayur, biogas dan pengolahan susu. Selain itu juga melaksanakan program sipil teknis dan memperkuat kelembagaan Pusur Institut sebagai wadah multi pihak dalam melindungi sungai.

Wawan, mewakili tim kerja Wonosobo
Fasilitator LPTP ketiga yang presentasi dari Wonosobo dengan tema perbaikan ekosistem DAS Serayu. Seperti yang disampaikan Wawan, tujuan dari program di Wonosobo adalah untuk meningkatkan tata kelola fungsi lingkungan yang menjamin kelestarian sumber daya air untuk mendukung sumber kehidupan masyarakat 5 desa. Kegiatan yang dilakukan di sektor industri rumah tangga, konservasi lingkungan, pertanian berkelanjutan, sanitasi dan kesehatan lingkungan.
Metode yang digunakan participatory action research dan pendekatan sekolah lapang rakyat. Hasil yang muncul dari kegiatan itu untuk sektor industri rumah tangga dengan memasarkan hasil dari kegiatan yang telah dilakukan baik di sektor konservasi, pertanian dan sanitasi.
Sedang hasil di sektor konservasi lingkungan adalah munculnya kelompok orang yang memiliki kesadaran untuk melakukan pengelolaan lingkungan dengan tanaman keras di lahan budidaya sayurnya. Di sektor pertanian berkelanjutan adanya kesadaran dari petani untuk melakukan budidaya pertanian yang ramah lingkungan dan sumber pangan sehat bagi keluarga. Untuk sektor sanitasi dan kesehatan lingkungan mendorong masyarakat melakukan pemilahan sampah rumah tangga.

Muslim mewakili tim SID Bojonegoro
Presentasi terakhir dilakukan oleh Muslim yang mewakili tim dari Bojonegoro. Yang dipaparkan adalah membangun, mengelola dan memberdayakan sistem informasi desa (SID). Tim yang di Bojonegoro memang khusus mengembangkan SID di berbagai desa di kabupaten itu. Metode yang digunakan adalah participatory action research sedang teknik yang digunakan pemetaan sosial, pemetaan spasial, analisa stake holder dan participatory rural appraisal. Hasilnya profil desa dan sistem informasi desa. LPTP sendiri mulai mengembangkan SID sejak tahun 2013 di antaranya di Klaten, Wonosobo, Bojonegoro dan juga NTT.
Secara ringkas Muslim menjelaskan tentang SID, alur prosesnya dan proses implementasinya. Sistem yang dikembangkan LPTP merupakan integrasi antara pemetaan sosial dan spasial yang menjelaskan kondisi sosial yang sesungguhnya. Data yang terintegrasi dapat dianalisa secara sektoral mulai dari sektor pangan, pertanian, perkebunan, peternakan, sanitasi, energi, kesehatan dan juga tata ruang kawasan desanya. SID ini dapat digunakan untuk dasar perencanaan pembangunan desa, pengontrol data terbaru desa, media layanan administrasi desa dan media peningkatan kesadaran masyarakat.

Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS, ketua harian DP LPTP memberi masukan
Presentasi yang dilakukan masing-masing tim lapangan tidak lama karena waktu terbatas. Setelah selesai presentasi itu, Prof. Ravik Karsidi sebagai ketua harian DP LPTP memberikan inputnya. Prof. Ravik Karsidi memberikan respon dari presentasi tim Wonosobo, Tuban, Klaten dan program SID di Bojonegoro. Untuk Wonosobo pintu masuknya pertanian berkelanjutan dan salah satu local genius yang ditemukan sistem rorak. Metodenya SL dan PAR. Sedang untuk Tuban masih kelihatan lebih parsial.
Yang paling lengkap dimensinya adalah Pusur. LPTP punya prinsip rural development. Yang membedakan pintu masuknya beda-beda. Pusur merupakan gambaran bagus dari contoh rural development integrated dengan pintu masuk sungai. Itu kemudian meluas ke pertanian, pariwisata, konservasi dan lainnya. Yang jadi soal adalah begitu banyak kegiatan, lalu apa yang mau dikembangkan dan menjadi andalannya.
LPTP punya sistem Sistem Informasi Desa (SID) itu bagus, tapi mengapa tidak dipakai untuk desa-desa yang ada program LPTP-nya? Pendekatan SID harusnya sudah melekat pada semua tempat itu. Dengan demikian berbasis data. Itu bisa menjadi sumbangan LPTP karena LPTP bekerja berbasis itu.
“Hal lain dalam pemberdayaan masyarakat adalah jika sudah ditinggalkan bisakah mereka melanjutkan sendiri ataukah setelah program selesai mereka juga ikut selesai,” demikian disampaikan ketua harian DP LPTP saat mengakhiri sambutannya.

Input dari Drs. Erfan Maryono, MA (sekretaris I DP YLPTP)
Erfan Maryono, sekretaris I DP LPTP juga mengapresiasi terhadap mereka yang bertugas di lapangan selama ini. Ia berharap ada yang menekuni dari segi riset atau penulisan.
“Dari metode LPTP yang menarik adalah sistem informasi dan sekolah lapang. Metode yang dimiliki LPTP apakah itu SID atau sekolah lapang sebaiknya dibuat menjadi satu model dan menjadi model pemberdayaan yang disupport dengan teknologi informasi. Yang berkembang di luar LPTP juga banyak. Karena itu spesifikasi dari LPTP menjadi penting,” kata sekretaris I DP LPTP.
Lebih lanjut disampaikan bahwa metodologi juga berkaitan dengan pendekatan integrated. Konsekuensi dari integrated adalah selalu melihat banyak hal dan jadi bingung dan akhirnya semua dikerjakan. Sebenarnya integrated itu lebih penting pada saat mengidentifikasi masalah. Hanya tidak boleh terlena ketika bicara solusi.

Tim muda milenial LPTP
“Sedang metode yang kekinian itu sebenarnya memudahkan kita bekerja, mempercepat bekerja tapi belum tentu membantu esensi pemberdayaan. Itu yang harus kita pahami. Untuk masalah content, kemajuan yang dimiliki LPTP tidak lebih baik dari metodologi,” demikian disampaikan saat mengakhiri pandangannya.
Sementara Bachrul Ulum Zuhri, mantan direktur pertama LPTP mengusulkan tentang pengembangan Sistem Informasi Desa ke arah yang lebih luas lagi dengan Sistem Informasi Desa, Dokumentasi dan Penerbitan.
Sedang Hari Mulyadi, sekretaris II Dewan Pembina LPTP menyampaikan tentang bagaimana bisa medokumentasikan dengan baik hasil-hasil di lapangan yang bisa di scalling up. Selain itu temuan LPTP banyak dan kerap mendahului yang lain namun kesulitan menyebarkannya ke pihak lain di antaranya karena faktor tender. Artinya suatu saat LPTP perlu ada program advokasi ke arah itu.

Sebagian senior LPTP mengikuti seminar
Dulu kalau di lapangan itu ada pendamping atau pembimbingnya. Itu penting untuk mereka yang bertugas di lapangan. Sedang mengenai database penting dan dengan database yang terdisplay dengan baik orang akan tahu dan datang ke LPTP. Ia juga mengusulkan agar pertemuan model begini dengan DP bisa lebih intensif. DP bisa memberikan inspirasi bagi pengembangan program-program yang ada. Bisa ke lapangan dan kita kupas tuntas. Tahun depan kita harapkan terlaksana
“Kalau masalah metodologi LPTP dianggap alon-alon asal kelakon. Urusan masyarakat tidak bisa instan, tapi harus intens. Dengan dukungan IT memang bisa lebih cepat. Itu yang membedakan pendekatan LPTP dengan yang lain,” demikian disampaikan saat mengakhiri pandangannya.
Acara seminar internal itu meriah dan berlangsung hinggal jam 1 siang. Sebelum ditutup diakhiri dengan doa bersama yang dipandu oleh ustadz Robith Sya’bani. Setelah selesai, agenda ulang tahun LPTP ini diakhiri dengan makan siang bersama khas LPTP
***