DESA TERPENCIL YANG SERING TERHANTAM BENCANA
Musibah gempa bumi besar yang terjadi di Palu Sulawesi Tengah (Sulteng) pada tanggal 28 September 2018 masih menyisakan derita pada masyarakat. Bersama relawan lain, tim LPTP bergabung dalam Emergency Response Capability Building (ERCB) dan bersama-sama berusaha membantu dan memulihkan masyarakat wilayah itu yang terkena musibah gempa bumi besar tahun lalu.
Berdasar laporan Ilham Syaiful salah seorang personil LPTP yang tergabung dalam ERCB dan beraktivitas di desa itu, inilah gambaran ringkas mengenai Desa Tuva. Ilham melakukannya bersama tim dari lembaga lain yang sama-sama bertugas di kawasan yang terkena ekses gempa besar itu.
Tuva adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Gumbasa, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Desa ini seperti banyak desa lain di Sulteng terkena dampak dari gempa besar 2018. Desa Tuva berada pada ketinggian 220 Mdpl dengan topografi 50% dataran, 25% perbukitan dan 25% pegunungan. Di sebelah utara berbatasan dengan Desa Omu dan di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Salua Kecamatan Kulawi. Sebelah timur desa ini merupakan Taman Nasional Lore Lindu, sedang sebelah baratnya kawasan hutan.

Jembatan untuk berinteraksi warga antar kampung rusak
Desa Tuva terbagi menjadi 3 dusun dengan 10 RT. Dengan kantor kecamatan berjarak 10 Km dan bisa diakses melalui kendaraan bermotor. Berdasar monografi desa, jumlah penduduk desa Tuva 1785 jiwa dengan perincian pria sebanyak 911 orang dan wanita 874 orang. Jumlah KK di desa ini 577. Mata pencaharian masyarakat desa ini kebanyakan petani (450 orang). Yang bekerja sebagai buruh 150 orang, tukang 15 orang dan PNS 17 orang. Jumlah rumah permanen di desa ini 105 unit dan rumah setengah permanen 238 unit.
Gambaran masyarakat terdidik di Desa Tuva yang tidak tamat SD sebanyak 256 orang, tamat SD 383 orang, tamat SMP/MTs 253 orang, tamat SMA/MA 163 orang. Sedang mereka yang berpendidikan diploma 13 orang dan sarjana 25 orang. Di desa ini terdapat TK, SD, MTs dan Madrasah Diniyah masing-masing 1 buah.
Seperti umumnya desa lain dengan mayoritas bermata pencaharian petani, lahan pertanian di desa cukup luas. Luas lahan pertanian sawah sebesar 54 Ha, kebun 368 Ha dan lahan kritis 400 Ha. Pasca gempa 2018 areal persawahan banyak yang berubah menjadi kebun. Sedang kebun asli yang dimiliki warga desa ada beberapa yang longsor dan juga terdapat beberapa pohon yang tumbang.
Ekses dari gempa besar tahun 2018 diantaranya adalah rusaknya tempat hunian. Ada rumah yang rusak berat, sedang dan ringan. Mereka yang rumahnya rusak berat umumnya tinggal di tenda darurat atau membuat hunian sementara. Sedang yang rumahnya rusak ringan harus mengeluarkan biaya sendiri untuk perbaikan rumahnya. Untuk rumah yang rusak sedang belum ada warga masyarakat yang memperbaiki rumahnya kembali karena faktor biaya. Rata-rata memang belum terpikirkan bagi masyarakat untuk memperbaiki rumah mereka karena persoalan ekonomi. Juga ada masyarakat yang memakai puing bekas rumah untuk membangun rumah darurat
Terdapat sungai yang melintas desa ini. Air sungai itu menjadi sumber air bagi masyarakat desa ini baik untuk rumah tangga maupun lahan pertaniannya. Akibat dari gempa itu semua aliran sungai mengalami kerusakan. Pada awal gempa, air sungai mengalami kekeringan karena di hulu mengalami longsor. Sekarang semua sungai sudah jalan hanya belum normal. Airnya masih berwarna kuning dan keruh.
Untuk jalan lingkar desa pasca gempa mengalami patah dan ada yang longsor. Meskipun masih dapat dilalui ada jembatan di dusun 1 yang mengalami kerusakan. Jembatan itu menghubungkan ke lahan pertanian dan pemukiman warga RT 6.

Salah satu bangunan darurat warga desa setelah runtuh
Desa Tuva dilintasi jaringan irigasi/kanal untuk pertanian. Irigasi bersumber dari Sungai Mapane, irigasi dari Sungai Maope, irigasi tradisional, dan irigasi yang melintasi dusun 1. Kondisinya pasca gempa untuk irigasi dari Sungai Mapane rusak sedang karena tertimbun longsor dan mengalami keretakan pada beberapa bagian. Irigasi sungai Maope mengalami rusak berat karena pintu airnya rusak. Sedang irigasi tradisional di dusun 1 dan 3 pintu airnya rusak. Warga melakukan perbaikan sementara dengan menyusun batu untuk membendung air agar tidak meluap ke mana-mana.
Berbagai kerusakan memang terjadi akibat gempa besar tahun 2018 itu. Diperlukan biaya besar dan proses waktu cukup lama, tahap demi tahap agar pulih seperti dulu. Itu yang dilihat dan didengar tim LPTP bersama relawan lembaga lain saat assessment di desa itu pasca gempa besar tahun 2018 silam.
Sejarah Kebencanaan Desa Tuva
Masyarakat Desa Tuva sebenarnya tidak asing dengan kebencanaan. Sebelum gempa besar 2018, desa ini juga pernah merasakan gempa pada tahun 2006. Gempa terjadi waktu subuh dan pusat gempa berada di Desa Bora Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi. Masyarakat desa sudah banyak yang lupa dengan kerusakan yang dialaminya saat gempa 2006 itu.
Pada tahun 2012 desa ini dihantam gempa kembali. Pusat gempa di wilayah Kecamatan Lindu Kabupaten Sigi. Biasanya setelah gempa, terjadi bencana banjir bandang karena ada longsoran yang menutupi aliran sungai di pegunungan. Pada waktu itu masyarakat mendengar suara gemuruh dari dalam tanah dan suhu meningkat tajam menjadi panas. Gempa 2012 diawali dengan gempa kecil yang terjadi beberapa kali. Tidak ada korban jiwa dalam gempa 2012, namun ada 5 orang yang mengalami luka berat dan 20 orang luka ringan. Selain itu terdapat sekitar 50 rumah mengalami kerusakan berat, sekitar 50 rumah rusak sedang dan ratusan rumah mengalami rusak ringan.

Sisa reruntuhan bangunan
Masyarakat Desa Tuva hampir tiap tahun saat memasuki musim hujan mengalami bencana banjir bandang. Banjir berasal dari luapan Sungai Miu, Sungai Siroa, Sungai Mapane, Sungai Saluki, Sungai Tiwa’a dan Sungai Lalere. Meskipun tidak ada korban jiwa namun perlu meminimalisir potensi banjir bandang yang seringkali terjadi saat masuk musim hujan. Banjir ini biasanya merusak lahan perkebunan rakyat dan merusak jalan desa.
Pada tahun 2013 desa ini mengalami bencana angin ribut. Suaranya bergemuruh menakutkan warga masyarakat. Tidak ada korban jiwa namun sekitar 20 Rumah warga mengalami kerusakan ringan dan banyak pohon tumbang, terutama di kawasan hutan.
Dari catatan itu terlihat bahwa Desa Tuva sering terhantam bencana dan memiliki pengalaman dalam menghadapi bencana yang kerap melanda desanya. Tinggal bagaimana mengubah pengalaman-pengalamannya itu untuk menjadikan desanya menjadi desa yang tangguh dan tanggap bencana.
***