UMKM Harus Peduli Terhadap Pencemaran Bengawan Solo


KBRN, Surakarta: Perkembangan  Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) akan membawa dampak lingkungan di Kota Solo, termasuk kondisi sungai Bengawan Solo.  Padahal Sungai Bengawan Solo yang terkena dampak pencemaran menjadi tulang punggung kehidupan banyak masyarakat di sekitarnya.

Menyikapi kondisi tersebut Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan (LPTP) Universitas Sebelas Maret menyelenggarakan Seminar Nasional dengan tema ‘Dinamika UMKM antara Sumbangan Ekonomi dan Kerusakan Lingkungan Bengawan Solo’. Solusi untuk Aksi ini diharapkan dapat menghasilkan jalan keluar konkret untuk menjaga keseimbangan antara pengembangan ekonomi melalui UMKM dan pelestarian lingkungan,

Ketua Dewan Pembina LPT UNS, Ravik Karsidi menegaskan UMKM merupakan tulang punggung ekonomi Indonesia. Ini lantaran menyentuh mayoritas penduduk dan memiliki pengaruh signifikan.

Meski begitu diingatkan dalam pengembangankan UMKM, lingkungan harus diperhatikan secara serius termasuk berkait kondisi Sungai Bengawan Sollo. Sehingga dalam seminar diharapkan ada pembahasan kasus-kasus bersama seluruh pemangku kepentingan guna menemukan solusi yang tepat.

“Dalam konteks pengembangan UMKM khususnya di lingkungan Solo itu ternyata juga tidak luput dari dampak yang berhubungan dengan isu lingkungan. Itulah maka dalam seminar ini, kami mencoba mengkaji bagaimana pengembangan UMKM dapat mendorong ekonomi, tetapi juga berdampak pada lingkungan,” ucapnya dalam sambutan seminar di UNS Inn, Sabtu (14/7/2024).

Sementara Guru Besar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Prof. Pranoto yang tampil sebagai panelis memaparkan kondisi terkini Sungai Bengawan Solo yang telah mengalami perubahan drastis. Dari yang dulu dikenal sebagai tempat rekreasi, kini menjadi Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

“Sungai Bengawan Solo sudah sangat mengalami perubahan, dulu memang orang mengatakan itu tempat rekreasi kalau sekarang menjadi Tempat Pembuangan Akhir (TPA),” ujarnya.

Untuk itu dibutuhkan kesadaran masyarakat untuk tidak membuang limbah ke sungai, karena daerah sekitar Bengawan Solo sudah menjadi sumber pencemaran yang harus segera diatasi. Selain itu Bengawan Solo juga memiliki nilai budaya dan ekonomi yang penting.

Ditegaskan juga kondisi sungai yang kini tercemar mikroplastik, logam berat, dan pestisida itu memerlukan tindakan nyata untuk membersihkannya, sehingga diharapkan LPTP sebagai lembaga yang dapat bekerja sama dengan pihak lain, terus berupaya melakukan pembersihan dan rehabilitasi Bengawan Solo.

“Bengawan Solo adalah sumber air, transportasi, budaya, dan ekonomi. Namun, kini sungai tersebut tercemar mikroplastik, logam berat, dan pestisida. Kita perlu tindakan nyata untuk membersihkannya,” katanya.

Selain Prof. Pranoto, yang tampil sebagai panelis, seminar setengah hari tersebut juga menghadirkan narasumber Dewan Pembina LPTP, Dodo Sambodo yang membahas Peran Bengawan Solo dan Mitigasi Adaptasi Perubahan Iklim. Juga Koordinator Konsultan Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) UMKM Dinas Koperasi dan Perindustrian Kota Surakarta, Teguh Wiji Setyahadi yang memaparkan  Perkembangan UMKM Dalam Menopang Ekonomi Kawasan dan Tantangan Kontribusi Kerusakan Sungai Bengawan Solo. (Dania)