VARTADIY.COM, SOLO- Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem dengan unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi, serta sumberdaya manusia. Seiring dengan tingkat kepadatan penduduk yang sangat tinggi, kondisi DAS semakin menurun dengan indikasi meningkatnya kejadian tanah longsor, erosi dan sedimentasi, banjir, dan kekeringan.
Tidak optimalnya kondisi DAS dan kerusakan DAS, saat ini menjadi masalah di berbagai wilayah di Indonesia, salah satunya adalah DAS Bengawan Solo.
Hal itu mengemuka dalam Seminar Nasional yang digelar Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan (LPTP) Surakarta dengan panelis antara lain
Dr. Ir. Dodo W. Sambodo, M.Sc
Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian Kota Surakarta
Prof. Dr. Pranoto, M.Sc.
Tim PT. Dewats-LPTP dan Tim PT. BIOSAN LPTP
Panelis: Muslim Afandi, S.Sos.I, M.Si (Tim lapangan Y LPTP).
Seminar nasional bertajuk Dinamika UMKM Antara Sumbangan Ekonomi dan Kerusakan Lingkungan Bengawan Solo. Solusi Untuk Aksi itu berlangsung di UNS Inn, Jl. Sutami No 36 A, Jebres, Surakarta, 13 Juli 2024.
Baca Juga:MPI PD Muhammadiyah Kota Solo Gelar Kelas Akademi Digital Lansia ADL Tular Nalar Bareng Mafindo Soloraya . Begini Keseruannya
DAS Bengawan Solo merupakan sungai periodik karena jumlah debit airnya tergantung pada musim tertentu. Saat musim hujan debit airnya banyak, dan saat musim kemarau debit airnya berkurang. Sungai Bengawan Solo memiliki panjang ±600 km yang melewati beberapa kabupaten di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di Jawa Tengah melewati wilayah Kabupaten Wonogiri, Kota Solo, Kabupaten Sragen. Sedangkan di Jawa Timur melewati wilayah Kabupaten Ngawi, Madiun, Bojonegoro, dan Gresik.
Saat ini kondisi DAS Bengawan Solo cukup memprihatinkan karena adanya pencemaran. Beberapa pencemaran yang terjadi antara lain adalah pencemaran air limbah industri dan domestik, pencemaran limbah pertanian, erosi tanah sehingga terjadi sedimen sungai, pencemaran sampah plastik.
Menurut DLH Propinsi Jateng, sumber pencemaran yang cukup besar adalah pencemaran limbah yang bersumber dari pabrik tekstil, perusahaan alkohol dan industri rumah tangga. Berdasarkan data dari DLH Kabupaten Sukoharjo, ada 95 perajin etanol di Polokarto, dan 50 perajin di Kecamatan Mojolaban yang tersebar di Desa Ngombakan, Desa Karangwuni, Desa Bugel, dan Desa Bakalan. Sedangkan sablon ada 15 perajin di Desa Laba, dan 10 perajin di Desa Tegalmade, Kecamatan Mojolaban, di Kecamatan Polokarto ada 7 perajin di Desa Pranan. Secara langsung maupun tidak langsung, pelaku usaha tersebut telah berkontribusi terhadap kerusakan DAS Bengawan Solo. Faktor lain yang mempengaruhi adalah kurangnya kesadaran lingkungan, pengawasan dan regulasi yang lemah, dan infrastruktur pengelolaan limbah yang kurang memadai.
Kebanyakan limbah yang dibuang oleh para pelaku UMKM belum diolah dengan alasan tidak ada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Baca Juga:Ka Kanwil DJP Jawa Tengah II Slamet Sutantyo Penerimaan Pajak Kanwil DJP Jateng II tahun 2023 tercapai 102,98 Persen
Kalaupun ada, IPAL tidak berfungsi secara maksimal. Di wilayah Solo, banyak limbah yang dibuang ke Kali Samin dan Kali Premulung pada malam hari, dan akan mengalir sampai ke Bengawan Solo pada waktu pagi hari. Hal ini membuat warna sungai menjadi hitam dan aromanya tidak sedap. Akibatnya salah satu pompa Instalasi Pengolahan Air (IPA) Semanggi yang berada di Dukuh Tempel, Desa Kadokan, Kec. Grogol, Sukoharjo harus menyetop produksi karena diduga terjadi pencemaran.
Upaya mengurangi pencemaran DAS Bengawan Solo tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri di tiap wilayah adminitratif. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) dikelola secara terpadu di DAS bagian hulu, DAS bagian tengah dan DAS bagian hilir. Pengelolaan DAS terpadu adalah suatu pendekatan yang melibatkan teknologi tepat guna dan strategi sosial untuk memaksimalkan pengembangan lahan, hutan, air dan sumberdaya manusia dalam suatu daerah aliran sungai, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia secara berkesinambungan.