Esposin, BOYOLALI–Warga Dukuh Gumuk, Desa Mriyan, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Boyolali, bersama Danone Aqua memperkenalkan varian baru Kopi Tirto Gumuk Merapi pada Selasa (18/2/2025). Budi daya tanaman kopi menjadi salah satu langkah konservasi air di wilayah hulu Sub-Daerah Aliran Sungai (Sub-DAS) Pusur.
Stakeholder Relations Manager Pabrik Danone Aqua Klaten, Rama Zakaria, menyampaikan Kopi Tirto adalah merek dagang kopi petani yang dibina oleh CSR PT Tirta Investama atau Aqua di seluruh Indonesia. Diketahui, Kopi Tirto merupakan produk yang diluncurkan Aqua sejak 2020.
Al Firdaus World Class Islamic School, Sekolah Islam Favorit di Soloraya
Pohon kopi ditanam dari area konservasi untuk mendukung upaya keberlanjutan peningkatan ekonomi petani. Kopi dipilih sebagai salah satu komoditi karena selain potensi dan aspirasi dari masyarakat dampingan, juga dinilai sangat besar dalam konservasi air.
Ia mengatakan selama ini sudah ada tujuh kawasan konservasi secara nasional yaitu di Solok, Subang, Tanggamus, Jempanang, Wonosobo, dan lain-lain. Sedangkan kawasan Gumuk, Mriyan menjadi kawasan ketujuh.
“Kopi Tirto ini kami sebut sebagai kopi konservasi karena keluar dari kawasan yang ditanam di daerah tangkapan air. Nah, di daerah tangkapan air, petaninya melakukan upaya pengembangan kopi dengan cara yang ramah lingkungan,” kata dia ditemui di sela-sela acara di Tamansari.
Kemudian, petani menanam tidak sejajar dengan kontur sehingga mengurangi laju erosi permukaan tanah, dan sebagainya.
“Istilahnya dengan secangkir kopi merawat bumi,” kata dia.
Zaki mengatakan ada lebih dari 8.000 populasi tanaman kopi yang ditanam. Ia mengatakan tanaman kopi di Gumuk masih ditanam dengan teknik generatif yaitu biji sehingga produktivitas dinilai masih kurang.
Ia mengatakan untuk meningkatkan produktivitas kopi, maka teknik vegetatif diperkenalkan ke petani. Sebagai contoh ada sistem okulasi, stek, sambung pucuk, dan lain-lain.
Dalam peluncuran Kopi Tirto Gumuk Merapi, pengguna air di hilir seperti petani di Juwiring, Klaten hingga wisata River Moon turut hadir untuk memberikan pembayaran jasa lingkungan kepada warga atau petani di hulu.
“Ada tiga penyedia yang diberikan pembayaran jasa lingkungan ada dari Pagerjurang, Mriyan, dan Sangup. Pembayaran jasa bisa dengan uang atau materi yang dibutuhkan oleh penyedia air,” kata dia.
Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Subur Makmur di Gumuk, Painu, mengatakan selama satu musim, petani di Gumuk baru bisa menghasilkan satu ton biji kopi jenis Arabika. Ia berharap dengan adanya CSR dari Danone dapat meningkatkan produktivitas kopi di Gumuk.
Ia mengatakan petani di Gumuk turut serta menyetorkan green beans kopi 10 kilogram ke Kopi Tirto setiap dua bulannya. Painu mengatakan satu kilogram beans kopi dibuat dari 10 kilogram biji kopi.
Painu mengakui jumlah tersebut masih sedikit karena warga telah memiliki pasar penjualan kopi sendiri. Namun, ia mengatakan akan berusaha meningkatkan penyetoran ke Kopi Tirto.
Ia mengatakan peningkatan kualitas biji kopi didampingi oleh Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan (LPTP) Solo. Setelah melakukan cupping test, ada tiga rasa dari biji kopi yang ada di Gumuk yaitu caramel, sweet corn, dan tobacco.
“Kami juga melakukan penanaman lagi untuk kopi agar produktivitas kami naik. Kebetulan, produksi kami baru satu ton per tahun. Di sini kopi belum terlalu banyak karena produktivitas banyak ada mawar dan tembakau,” kata dia.
Ia mengakui Gumuk tak seperti perkebunan kopi pada umumnya karena komoditas utamanya yaitu mawar dan tembakau. Painu mengatakan biji kopi baru diseriusi warga pada 1992. Kemudian, pada 2017 baru datang CSR dari Aqua yang diawali dengan konservasi anggrek lalu berkembang untuk air dan tanah salah satunya kopi.
“Soalnya kopi kan tanaman keras, sehingga baik untuk menyerap air,” kata dia.
Sementara itu, Direktur LPTP Solo, Sumino, mengatakan kopi dari Gumuk memiliki ciri khas yaitu ada aroma mawar dan tembakau secara natural. Menurutnya, hal tersebut satu-satunya di Indonesia.
“Jadi aroma kopi itu dipengaruhi tanaman sekitar. Kopi itu bisa menyerap bau dari tanaman sekitar. Makanya, misal kopi di Banyuanyar, Ampel, di sana banyak pohon nangka, makanya dikenal kopi nangka karena memang ada aroma nangkanya,” kata dia.
Selanjutnya, ia mengatakan LPTP melakukan pendampingan budi daya, pengolahan pascapanen, pemasaran, dan penguatan kelembagaan.
LPTP Solo melakukan peningkatan produktivitas kopi dengan mengembangkan varietas yang cocok dan meningkatkan kesuburan tanah dengan unsur hara. Lalu, pihaknya juga meningkatkan kelembaban tanah dengan pembuatan rorak atau lubang untuk tempat menampung dan resapan air.
“Rorak selain untuk meningkatkan kelembaban tanah, itu juga untuk menahan agar tanah tidak hilang. Gumuk daerah tinggi dan miring, sehingga tingkat erosinya tinggi,” kata dia.