BELAJAR MEMBANDINGKAN DUA MODEL PENANAMAN PADI BERSAMA LPTP
Pada pertemuan pertama tgl 4 April yang lalu, telah tergambarkan rencana lahan pembelajaran di lahan Tegal Onderan seluas 0,28 hektar. Lahan tersebut dibagi menjadi 2 bagian. Satu bagian, penanaman padinya dilakukan dengan sistim blok dengan tujuan memperbanyak bulir padi, melalui cara merapatkan tanaman, satu lubang satu bibit, tetapi tetap ada udara dan sinar masuk yang cukup. Satu bagian lagi, penanaman padi dilakukan dengan sistem SRI (System of Rice Intensification), dimana penanaman satu bibit per lubang, tapi jarak tanam lebar, dengan harapan anakan menjadi lebih banyak sehingga hasil tinggi.
Menarik sekali karena ini dua konsep yang berbeda. Yang pertama ide dari ahli mikrobiologi orang Indonesia, sedangkan yang kedua yaitu SRI, dari penelitian pastor Madagaskar yang sudah banyak dimanfaatkan di Indonesia dan hasilnya bagus. Nanti, mungkin kita akan lebih tahu kelemahan dan kekuatan masing-masing sistem dari pembelajaran ini.
Aktivitas Pelatihan
Tgl 18-19 April.

Bersiap memasang ajir titik pengamatan
Tanam dilaksanakan tgl 18 April. Para peserta 10 orang diberi peluang berdiskusi membicarakan permasalahan yang sering dihadapi mereka, yang kemudian akan dipecahkan bersama dengan cara yang praktis. Kemudian dibentuklah 4 kelompok kerja. Malamnya diadakan diskusi tambahan yang materinya di luar materi Pelatihan, seperti peternakan sapi atau kambing. Besoknya dilakukan pemasangan patok-patok bambu (ajir) sebagai tanda titik pengamatan. Saat itu pula diambil sample tanah oleh masing-masing kelompok yang akan dianalisa pH-nya (tingkat keasamannya). Juga dilakukan pengamatan seperti mengukur tinggi tanaman, warna tanaman, hama/penyakit. Para penggarap ini antusias mengerjakannya, dan cepat. Ini seperti mahasiswa pertanian yang melakukan pengamatan, tapi ini lebih bergairah.
Pengamatan dilanjutkan tgl 25 April yang dilakukan para penggarap sendiri dipandu pak Zainul, tanpa LPTP sesuai rencana. Dari sini kita ketahui bahwa pH tanah lahan Tegal Onderan rata rata 6,2 ( ideal ph 6,0-6,5). Ngetuk 6,2, Trayun Kulon dan Wetan juga 6,2. Jadi kesan pertama kita adalah bahwa lahan lahan RKM masih dalam keadaan bagus, ini mungkin efek perlakuan pembenaman jerami dan kompos jerami pada saat pengolahan tanah.
Tgl. 3 -4 Mei.

Melakukan pengamatan
Pada hari pertama pelatihan, para penggarap mengambil sample tanah dari 3 jenis tanah, yaitu tanah pekarangan, tanah bekas tebu dan tanah sawah sebagai pembelajaran mengenai tanah beserta struktur, lapisan2 dan unsur-unsurnya. Caranya sederhana, dapat dilihat di foto-foto terlampir.
Hasilnya sangat lengkap, bahkan juga mereka mengamati pH dan kandungan mineral dari bahan-bahan seperti pupuk kimia, pupuk organik, garam, air jeruk (sangat asam), kapur, abu dapur, arang sekam dan pupuk-pupuk cair. Menarik sekali.
Besoknya mereka mengukur lagi tinggi tanaman dll juga mencabut satu tanaman untuk dikeringkan dan ditempel ditembok seperti herbarium. Jadi herbarium ini nanti mereka bisa lihat perkembangan tanaman tiap minggu beserta kejadian-kejadian apa saja yang menimpa (dicatat), sampai saat panen. Ini nanti tergambar di dinding beserta catatannya. Bagus sekali, dan kadang-kadang lucu mendengar komentar peserta, tetapi mereka benar benar serius dan merasakan manfaatnya. (Hadi Baroto-Peserta pelatihan LPTP)
***